Pendidikan

Bahasa Krama Menyang Yaiku? Kunci Jawaban Bahasa Jawa

Bahasa krama menyang yaiku? Merupakan salah satu pertanyaan dalam mata pelajaran bahasa jawa. Dalam bahasa Jawa ternyata ada tingkatan penggunaannya agar orang tersebut bisa berkomunikasi sesuai tata krama.

Setiap tingkatan akan dipakai untuk berbicara berdasarkan status atau kedudukan kedua pihak tersebut. Orang yang berbeda dalam hal ini umumnya mengenai usia.

Aturan tersebut sebenarnya dimaksudkan agar kesalahpahaman dapat dihindarkan dan komunikasi lebih terasa nyaman. Umumnya tingkatan bahasa ini dipelajari oleh anak sekolah dengan contoh soal berikut.

Soal

Bahasa krama menyang adalah.

Jawaban

Menyang artinya pergi, maka jika diterjemahkan ke bahasa Jawa tingkatan krama adalah kesah.

Pembahasan

Dalam bahasa Jawa terdapat pengaturan penggunaan yang terdiri atas 3 tingkatan. Setiap tingkatannya akan memiliki kosa kata dan peruntukkan yang juga berbeda, berikut pembagiannya:

1. Bahasa Jawa Ngoko

Tingkatan ini mencerminkan kedekatan tidak berjarak dan tidak segan antara orang yang saling berkomunikasi. Jadi, jika merasa dan ingin menyatakan keakraban dengan orang lain bahasa tingkat ngoko adalah yang cocok dipakai.

Artinya bahasa tingkatan ini hanya dipakai dalam berkomunikasi antar teman akrab yang sebaya. Kemudian jika lawan bicara ternyata status atau usianya lebih di atas pihak tersebutlah yang akan menggunakan ngoko, pihak yang menggunakan:

  • Guru berhak berbahasa ngoko terhadap para muridnya.
  • Para orang tua berhak memakai tingkatan ngoko ketika berbicara dengan anaknya.
  • Orang-orang dengan hubungan akrab bisa memakai tutur ngoko kasar maupun halus.

2.  Bahasa Jawa Krama

Tingkatan berikutnya yaitu bahasa krama dimana hubungan komunikasi yang tergambar penuh dengan sopan santun. Penggunaannya menggambarkan adanya kecenderungan perasaan segan pada orang baru yang belum dikenal, kepada yang berwibawa atau berpangkat.

Biasanya keluarga Jawa akan mewajibkan anak-anaknya untuk menggunakan krama ketika berbicara dengan pihak yang lebih tua. Begitu juga ketika di lingkungan sekolah, para siswa diharapkan juga untuk berbahasa krama kepada gurunya.

Hal tersebut sekaligus mengajarkan anak akan adanya adat kesopanan dalam berinteraksi dengan orang yang patut dihormati. Anak-anak yang bisa berbahasa krama akan langsung dinilai sebagai sosok yang sangat sopan, contoh:

  • Dinten (hari)
  • Mlebet (masuk)
  • Sinten (siapa)
  • Majeng (maju)
  • Kajeng (kayu)
  • Pajeng (laku)
  • Kantun (tertinggal)
  • Lemantun (lemari)

3. Bahasa Jawa Madya

Merupakan penuturan dengan tingkat yang menengah diantara krama dan juga jawa ngoko, dimana kesopanannya ini ada di taraf sedang. Tingkat madya pada awalnya merupakan bahasa krama tetapi kemudian mengalami informalisasi dalam perkembangannya.

Penurunan tingkat tersebut diikuti pula dengan ruralisasi sehingga menurut banyak orang dianggap bahasa yang agak sopan. Bahasa madya sedikit lebih halus dari ngoko tetapi kesopanannya tidak seperti bahasa krama, contoh:

  • Amargi (karena)
  • Ampun (jangan)
  • Ajeng (akan)
  • Sade (jual)
  • Onten (ada)
  • Awi (mari)
  • Ngadeg (berdiri)
  • Ndika (kamu)
  • Tebih (jauh)
  • Aos (nilai)

Itulah jawaban soal bahasa krama menyang adalah, dimana ternyata krama adalah bahasa dengan tingkatan yang sopan. Para siswa dapat menghafalkan beberapa contoh kosa kata yang disebutkan di atas agar semakin mahir.

Back to top button