Pendidikan

Janma Tegese? Kunci Jawaban Bahasa Jawa Kelas 8

Janma tegese? Ini merupakan salah satu bentuk soal yang ada pada mata pelajaran Bahasa Jawa kelas 8. Untuk itu, artikel ini akan mengulas mengenai jawaban beserta pembahasan lengkapnya.

Tembung “janma” yang dimaksud ini berasal dari Serat Wedhatama. Terdapat 5 tembang macapat, salah satunya adalah tembang pangkur yang ada pada Pupuh I tempat “janma” berada. Untuk mengetahui maknanya, simak penjelasan berikut ini:

Pertanyaan

Janma tegese?

A. tumindak

B. manungsa

C. pikiran

D. donya

E. ilmu

Jawaban

Yang dimaksud dengan “janma” adalah b. manungsa. Kata ini diambil dari bait ketiga dalam Serat Wedhatama Pupuh I yang isinya adalah:

Nggugu karsaning priyangga,

Nora nganggo peparah lamun angling,

Lumuh ingaran balilu,

Uger guru aleman,

Nanging janma ingkang wus waspadeng semu,

Sinamun ing samudana,

Sesadone ingadu manis.

Bait tersebut menjelaskan mengenai perbedaan antara sifat orang yang memiliki ilmu dan tidak memiliki ilmu. Bagi orang yang memiliki ilmu, maka akan memiliki sifat sopan santun dan berprasangka baik.

Namun, orang yang tidak memiliki ilmu maka sifatnya akan seenaknya sendiri, asal berbicara, sok pintar, dan suka diunggulkan.

Penjelasan dari Jawaban

Serat Wedhatama merupakan salah satu sastra Jawa populer yang dibuat oleh Mangkunegara IV. Kepopuleran yang dimiliki oleh Serat Wedhatama ini akhirnya menginspirasi banyak sekali karya seni kontemporer.

Serat Wedhatama sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai Islam dan Jawa. Di dalam serat Wedhatama terdapat pesan-pesan seperti membudayakan budaya Jawa dan kewajiban manusia untuk menunaikan perintah Tuhan.

Di dalam Serat Wedhatama, terdapat 5 tembang macapat. Kali ini pembahasan akan difokuskan ke bab Pangkur. Berikut adalah uraian mengenai makna dibalik bait ketiga Pupuh 1:

1. Gatra 1 & 2

Orang yang tidak memiliki ilmu cenderung suka mengikuti kemauannya sendiri dan tidak menggunakan perhitungan saat berbicara. Saat berbincang dengan banyak orang, maka juga harus mempertimbangkan perasaan dan akibatnya bagi orang lain.

Karena ucapan bisa menyakiti hati orang lain. Namun, orang yang miskin ilmu tidak peduli pada hal seperti itu, dan tetap menganggapnya pantas menurut pendapatnya sendiri.

2. Gatra 3 & 4

Gatra ini pun berbicara tentang sifat orang yang tidak memiliki ilmu. Secara umum, orang tersebut tidak suka disebut bodoh, menjadikannya cenderung banyak bicara agar terlihat pintar.

Orang tersebut suka dipuji sedemikian rupa, sehingga terkadang berbicara terlalu mengada-ada dan jauh dari kenyataan, atau dia melebih-lebihkan sesuatu.

3. Gatra 5

Dalam gatra ini, fokusnya adalah orang-orang (janma: manusia) di sekitar orang yang tidak memiliki ilmu. Bagi yang telah menguasai ilmu, maka bisa melihat gelagat atau tanda-tanda kebodohan pada orang yang banyak bicara tadi.

Jadi, seperti yang dijelaskan pada gatra berikutnya, orang berilmu akan berperilaku seperti orang yang cerdas.

4. Gatra 6 & 7

Ketika seseorang yang memiliki ilmu bertemu dengan seseorang yang bodoh dan cerewet, maka orang tersebut cenderung tidak ingin berdebat atau terlibat dalam percakapan, tetapi hanya diiyakan dan menjawab dengan ramah.

Itulah jawaban serta penjelasan dari soal janma tegese pada bait ketika Serat Wedhatama Pupuh I. Arti dari kata “janma” ini adalah manusia, yang jika dilihat dari konteksnya, maka merujuk pada orang-orang berilmu seperti yang diceritakan.

Back to top button